Susterslot - Kesehatan mata anak di Indonesia masih memerlukan perhatian serius. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia 2023, tercatat 0,6 persen anak di atas usia satu tahun mengalami disabilitas penglihatan. Sekitar 11,7% dari jumlah tersebut memerlukan alat bantu penglihatan. Penyebab gangguan penglihatan ini beragam, mulai dari kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, retinopati prematuritas, katarak, kelainan mata bawaan, jaringan parut kornea, hingga gangguan penglihatan serebral.
Penelusuran "www.pickleballshow.com" dan "susterslot" situs terpercaya
Kondisi ini dapat menghambat tumbuh kembang anak secara signifikan jika tidak ditangani sejak dini. "Deteksi dan intervensi dini sangat penting karena sistem penglihatan berkembang pesat hingga usia 8 tahun. Jika penanganan dilakukan setelah masa kritis ini, biasanya hasilnya kurang optimal dan dapat bersifat permanen," terang dr. G. Gusti. Kepala Pelayanan Oftalmologi dan Strabismus Anak RS & Klinik Mata JEC adalah Suardana, SpM(K).
Ia menambahkan, gangguan penglihatan tidak hanya memengaruhi fungsi penglihatan itu sendiri, tetapi juga kemampuan belajar, interaksi sosial, dan kualitas hidup anak hingga dewasa. Bagi anak usia sekolah, pemeriksaan mata rutin setiap enam hingga dua belas bulan ditekankan sebagai langkah penting menuju diagnosis dini dan penanganan yang tepat.
:format(webp)/article/-rNh0XIX50H3dLT4IGbIu/original/027903100_1568527047-Makin-Banyak-Anak-Pakai-Kacamata-Akibat-Sering-Main-Gawai-By-BaanTaksinStudio-Shutterstock.jpg)
Badan Internasional untuk Pencegahan Kebutaan (IAPB) memperkirakan akan ada 275 juta anak dengan rabun jauh pada tahun 2050, naik dari 165 juta pada tahun 2021. Di Indonesia sendiri, sekitar 3,6 juta anak memiliki kelainan refraksi, yang 35–40 persennya adalah anak usia sekolah. Sementara itu, sedikitnya 148 juta orang di seluruh dunia, termasuk anak-anak, menderita strabismus.
Menurut dr. Hasiana Lumban Gaol, SpM, subspesialis Oftalmologi Anak dan Strabismus dari JEC Eye Hospitals & Clinics, gangguan penglihatan pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kelahiran prematur, riwayat keluarga, komplikasi selama kehamilan, cedera mata, dan masalah gizi. "Namun, gaya hidup masa kini juga turut berperan besar.
Ia menyatakan, minimnya aktivitas di luar ruangan, penggunaan gawai berlebihan, dan paparan cahaya alami membuat anak lebih rentan mengalami gangguan mata. Menjawab tantangan tersebut, JEC Eye Hospitals & Clinics menghadirkan Children’s Eye & Strabismus Center (CESC) di JEC Eye Hospital @ Kedoya, pusat layanan kesehatan mata anak pertama di Indonesia yang memberikan solusi terpadu dan menyeluruh bagi anak mulai dari bayi hingga remaja.
“Perawatan mata anak memerlukan pendekatan khusus, mulai dari kenyamanan anak, keterlibatan orang tua, hingga kesiapan fasilitas dan tenaga profesional yang terlatih,” tutur dr. Gusti. Pusat layanan ini dilengkapi dengan teknologi diagnostik terkini, seperti: RetCam Screening untuk deteksi dini Retinopathy of Prematurity (ROP) pada bayi prematur,
Pediatric Autorefractometer, alat pemeriksaan refraksi tanpa perlu respon verbal dari anak, hingga Synoptophore Test untuk mengukur sudut strabismus (mata juling) secara akurat. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup anak Indonesia melalui penglihatan yang lebih sehat sejak dini.
Komentar
Posting Komentar