Penting Untuk Menilai Fungsi Ginjal Dengan Dua Pemeriksaan

Susterslot - Banyak penderita gagal ginjal kronis baru mengetahui kondisinya setelah kerusakan ginjalnya sudah parah. Pemeriksaan rutin dapat membantu mencegah kondisi ini. Menurut Tunggul D. Situmorang, konsultan penyakit dalam untuk ginjal dan hipertensi, orang-orang yang berisiko tinggi mengalami gagal ginjal kronis sebaiknya melakukan pemeriksaan rutin. 

"Populasi yang berisiko adalah orang-orang dengan tekanan darah tinggi, diabetes melitus, obesitas, dan riwayat penyakit ginjal kronis dalam keluarga," kata dr. Tunggul dalam jumpa pers Hari Ginjal Sedunia yang digelar Bayer di Jakarta . 

Ia menyatakan, dalam penanganan penyakit ginjal kronis, upaya pencegahan dan deteksi dini harus diutamakan. "Penyakit ginjal kronis tidak bisa disembuhkan sepenuhnya dan bisa berujung pada gagal ginjal jika terlambat ditangani. 

Perlu juga dilakukan perawatan dialisis jangka panjang," ujarnya. Untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan mendeteksi penyakit ginjal sejak dini, dua tes penting dapat dilakukan. Penelusuran "www.pickleballshow.com" Tes UACR, yang mengukur rasio albumin terhadap kreatinin dalam urin, adalah yang pertama.



Dikutip "susterslot" situs terpercaya, Jika ginjal berfungsi dengan baik, albumin, suatu protein, seharusnya tidak ditemukan dalam jumlah besar dalam urin. Tes ini penting karena dapat menemukan masalah pada ginjal sebelum ginjal benar-benar mulai gagal berfungsi. 

Ini bisa menjadi tanda awal kerusakan ginjal atau penyakit ginjal kronis (CKD) jika hasil UACR tinggi (di atas 30 mg/g). Albuminuria dan ginjal bocor adalah sebutan lain untuk kondisi ini. Menurut dr., "Albuminuria akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan memperburuk penyakit ginjal kronis pada penderita diabetes tipe 2." Tunggul. 

Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah. Ginjal membuang kreatinin, limbah metabolisme dari otot. Kadar kreatinin dalam darah merupakan ukuran seberapa baik ginjal menyaring limbah. Kadar kreatinin yang tinggi dapat mengindikasikan gangguan fungsi ginjal. Untuk mencegah penyakit ginjal kronis, diperlukan penanganan komprehensif dengan mengendalikan faktor risiko selain deteksi dini. 

"Mengendalikan tekanan darah dan kadar gula darah merupakan faktor risiko yang dapat dikendalikan untuk memperlambat memburuknya penyakit ginjal kronis," ungkap dr. Tunggul. Selain itu, obat baru yang dikenal sebagai Finerenone, yang membantu memperlambat perkembangan penyakit ginjal kronis pada penderita diabetes, telah dikembangkan untuk pengobatan. 

Terapi obat dengan Finerenone mengurangi risiko dialisis hingga 36% pada pasien diabetes, menurut penelitian yang dilakukan oleh American Society of Nephrology.


Komentar